Kamis, 19 Januari 2012

[Fanfiction] Reborn part 1

Author: Rhara Amalia
Cast: Park Jungsoo (Leeteuk), Park Haerin
Summary: Keceriaan, itu dulu. Sebelum malaikat ku pergi jauh
Warning: OOC(Out Of Character), mungkin sedikit gaje, dipenuhi dengan khayalan author. Don’t like Don’t Read.

FF ini request dri Alviah Octaviany, semoga suka dengan ceritanya. Buat readers lain juga Happy reading.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seorang anak kecil sedang berputar-putar di depan cermin. Mengamati wajahnya dan tubuhnya yang sudah berbalut seragam sekolah. Dia lalu mengambil sisir dan mulai menyisir rambutnya. Tak lupa dia menghias rambut sebahunya yang berwarna hitam itu dengan beberapa jepitan rambut.

“Haerin, ayo cepat. Mau berapa lama kau mau menghias diri?” teriak seorang yeoja paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah eommanya. Tapi teriakannya itu seolah tak mendapat balasan dari anak perempuan satu-satunya itu.

“anak itu, kalau sudah di depan cermin lamanya minta ampun” gerutu sang eomma.

“biar aku yang melihatnya” seorang namja yang tampak seperti anak SMP itu berdiri dari duduknya dan menuju kamar adiknya.

“Haerin, kau sedang apa?” Tanya namja itu begitu memasuki kamar dongsaengnya dengan lembut.

“oppa, aku ingin terlihat cantik didepan teman-temanku. Tapi tampaknya aku kekurangan jepitan rambut” tutur manja sang dongsaeng.

“kau sudah cantik kok, tidak perlu di tambah lagi”

“jinjja oppa?”

“hmm” gumam namja tersebut sambil menganggukan kepalanya. Membuat Haerin tersenyum dan segera keluar dari kamarnya menuju ruang makan, tak lupa dia membawa tas sekolahnya.

“sudah selesai bercerminnya Mrs. Mirror?” kata eomma nya begitu Haerin duduk di kursinya.

“eomma, teriak-teriak mulu. Eomma iri padaku ya?”

“mwo? Iri padamu?”

“ne. Eomma iri padaku karna aku lebih cantik. Benarkan?”

“kau kan anak eomma, kecantikanmu pasti keturunan dari eomma. Jadi eomma juga cantik sama sepertimu. Sudahlah ayo makan”

“ne, eomma” kata Haerin sambil mulai menyantap sarapannya.

“hari ini kau akan di antar Jungsoo ke sekolah, appa lagi keluar kota. Gwaenchanayo?”

“gwaenchana eomma, justru aku senang” kata Haerin sambil melirik oppa nya yg bernama Jungsoo itu dan tersenyum.

-Park Haerin POV-
Oppa, kau begitu keren di mataku. Sikap dan sifatmu yang sangat tenang bagaikan air, bahkan kau juga bisa berubah menjadi seorang oppa yang sangat ceria di mataku. Membuat ku sangat mengagumimu. Menjagaku, menghiburku, dan tidak pernah membuatku merasa kesepian seakan menjadi tugasmu, itu yang sering kau lakukan padaku. Aku ingin kau selalu di sisiku dan menemaniku sampai aku menikah nanti. Dan jika aku menikah aku ingin menikah dengan namja sepertimu.

“oppa, apa kau tau?” kataku yang sekarang sedang berada tepat di belakangnya sambil memeluknya. Bertahan agar aku tidak jatuh dari sepeda oppaku.

“tau apa?”

“aku sangat menyayangimu”

“aku tau”

“benarkah kau mengetahuinya? Darimana kau mengetahuinya?”

“tentu saja, aku mengetahuinya karena kau selalu saja mengatakannya. Dan juga…” Jungsoo oppa memotong kalimatnya membuatku penasaran.

“dan apa oppa?” kataku sambil turun dari sepedanya karena kami sudah sampai di depan sekolah ku.

“dan karena aku juga menyayangimu, makanya aku bisa merasakan kau menyayangiku” katanya sambil mengelus-elus rambutku.

“Jinjja?”

“Jinjja saengi, oppa pergi dulu ya. Nanti oppa akan menjemputmu”

“arasseo oppa, hati-hati ya oppa” kataku begitu dia mulai mengayuh sepedanya lagi pergi meninggalkanku.

Beberapa jam telah berlalu, saatnya aku pulang sekolah. Aku pun menununggu Jungsoo oppa untuk menjemputku. Walaupun agak lama menunggu akhirnya Jungsoo oppa datang menjemputku juga.

“Haerin, aku punya sesuatu untukmu”

“Jinjja? Apa itu?” Tanya ku penasaran padanya. Dia pun mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tas nya dan memberikannya padaku.

“apa ini oppa?”

“buka saja” aku pun menurutinya dan membuka kotak itu. Ternyata isinya adalah sebuah jepitan rambut. Walaupun hanya sebuah tapi jepitannya sangat indah.

“jeongmal gomawo oppa” kataku berterima kasih sambil memeluknya.

“ne, apa kau menyukainya?”

“ne, nomu joa” kataku sambil tersenyum sangat lebar padanya. Melihat tingkahku dia hanya tersenyum dan meyuruhku untuk naik ke sepedanya.
-Park Haerin POV end-

~7 Tahun kemudian~

“Haerin, apa kau sungguh-sungguh dengan keputusan yang kau ambil ini?”

“ne, eomma. Aku akan terus tersiksa tinggal di sini. Walau sudah 7 tahun Jungsoo oppa dan appa meninggalkan kita, mereka masih terus membayangi ku eomma terlebih Jungsoo oppa. Aku tak mau kepala ku akan sering sakit setiap habis menangis karena oppa lagi” jelas Haerin sambil membereskan semua perlengkapannya.

“berjanjilah kau akan sering menjengukku di sini” kata eomma nya sambil memandang satu-satunya anaknya yg tersisa.

“kalau untuk itu aku tidak yakin, tapi percayalah aku akan sering menelepon eomma”

“arasseo, kalau itu memang maumu. Jaga diri baik-baik”

“ne, eomma juga jaga diri baik-baik. Kalau ada apa-apa hubungi Jungmin ahjussi saja”

“ne. Pergilah, nanti kau akan ketinggalan pesawat. Mian eomma tidak bisa mengantarmu”

“itu memang yang aku harap eomma. Aku tidak ingin menangis di bandara hanya gara-gara di antar olehmu. Aku akan terlihat seperti anak kecil”

“kau selamanya tetap menjadi Haerin kecil eomma yang ceria dan murah senyum”

“sayangnya Haerin yang seperti itu sudah tiada. Dan sulit untuk kembali” kata Haerin dengan wajah yang sama sekali tak ada ekspresi.

“aku berharap dia akan kembali. Aku merindukan senyumannya” eomma Haerin mulai meneteskan air mata.

“sudah ku bilang aku tidak ingin menangis, jangan memancingku” Haerin mengepalkan tangannya dan menggigit bibir bawahnya. Berusaha menahan tangis yang terpancing akibat eommanya.

“mianhae, sudah kau pergi saja. Nanti kau ketinggalan pesawat” kata eommanya sambil menghapus air matanya dan mendekati Haerin untuk memeluknya.

“aku pergi dulu” kata Haerin sambil membalas pelukan eommanya.

“aku akan sangat merindukanmu” perkataan eommanya tak mendapat respon dari Haerin. Dia hanya melepaskan pelukannya dan berjalan menuju pintu keluar sambil menyeret sebuah koper besar.

“aku juga akan sangat merindukan belaianmu, eomma” kata Haerin tiba-tiba begitu dia sampai di depan pintu.

-Flashback on-
Kriiiiinggg,, kriiinggg…
Kriiiiinggg,, kriiinggg..
Berkali-kali telepon berbunyi tapi masih belum ada yang menjawabnya. Tiba-tiba seorang gadis berusia 10 tahun keluar dari kamar dan menuju telepon yang berbunyi tersebut.

“eomma, kenapa teleponnya tidak di angkat? Aku angkat saja ya” kata Haerin yang berjalan sambil menatap eommanya yang sedang menonton tv tak jauh dari tempat telepon tadi. Merasa tak mendapat respon negatif dari eommanya, Haerin pun menganggkat telepon itu.

“yeobseyo” sapa Haerin begitu mengangkat teleponnya.

“yeobseyo, apa benar ini rumahnya Park Jungsoo?”

“ne, tapi oppa sedang tidak berada di rumah”

“ani, saya ingin bicara dengan orangtuanya. Apa mereka ada?”

“ada, sebentar saya panggilkan dulu ya” kata Haerin sambil meletakkan gagang telepon.

“eomma, ada orang yang ingin berbicara denganmu” kata Haerin memanggil eommanya tapi tak ada respon.

“eomma, dia ingin berbicara tentang Jungsoo oppa. Apa kau tidak ingin mendengarnya?” lagi-lagi perkataan Haerin tak mendapat respon dari eommanya. Membuat gadis kecil ini menghembuskan nafas panjangnya, dia pun mengambil lagi gagang telepon yang di letakannya tadi.

“mianhaeyo, eomma tampaknya sedang sibuk” kata Haerin memberitahu pada orang yang sedang meneleponnya dari ujung sana.

“appa nya?”

“appa sedang keluar kota”

“wah, bagaimana ini” orang itu tampaknya kebingungan.

“mian, bisakah anda memberitahu nya padaku saja? Nanti akan ku sampaikan pada eomma”

“emm.. baiklah. Park Jungsoo sekarang sedang berada di rumah sakit, dia baru saja kecelakaan dan dalam keadaan kritis sekarang. Tolong cepat di beritahukan pada orangtuanya agar mereka bisa segera melihat keadaannya.” bagai tersambar petir, Haerin terpaku mendengarnya. Dia begitu kaget, oppa yang sangat di cintainya sekarang dalam keadaan kritis di rumah sakit.

Dia langsung menutup teleponnya tanpa mengatakan apapun lagi pada orang yang meneleponnya itu. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah ingin secepatnya ke rumah sakit melihat keadaan oppa tercintanya itu. Dia pun segera mendekati ibunya yang sedari tadi seperti sedang terpaku di depan TV.

“eomma. Oppa… oppa.. dia.. dia kecelakaan dan sekarang dia sedang dalam keadaan kritis di rumah sakit” mata Haerin sudah mulai berair. Tapi lagi-lagi perkataannya tak mendapat respon dari eommanya.

“eomma, apa kau tidak mempunyai hati? Oppa sedang kritis dan kau hanya duduk diam di sini” teriak Haerin sambil mengguncang-guncangkan pundak eommanya. Tapi yang didapatinya bukan respon dari eommanya melainkan dia mendapati wajah eommanya yang sudah berlinang air mata sambil melihat ke arah TV. Secepatnya Haerin menoleh ke arah TV.

‘Pesawat terbang RJ-45 baru saja terjatuh di daerah sekitar Incheon. Di duga pesawat ini akan mendarat tetapi gagal karena di akibatkan banyaknya kabut. Seluruh penumpang di duga tewas ini dikuatkan dengan tidak di temukannya penumpang yang selamat’ itulah isi berita yang di sampaikan di TV yang membuat Haerin tak kalah kagetnya, pesawat yang baru saja di kabarkan jatuh adalah pesawat yang di tumpangi appanya. Dia benar-benar tidak tau harus berbuat apa, hatinya benar-benar terpukul melihat semua yang terjadi. Dia hanya bisa menangis sambil menyadarkan eommanya agar dia bisa melihat keadaan oppanya yang sedang di rumah sakit.

Beberapa menit kemudian Haerin dan eommanya sampai  di rumah sakit. Mereka langsung menuju bertanya pada seorang suster.

“mian, apakah di sini ada seorang anak SMP yang baru saja kecelakaan?” Tanya eommanya dengan panik.

“atas nama Park Jungsoo?” Tanya suster itu dan langsung dibenarkan oleh eommanya.

“mianhaeyo. Kami sudah berusaha menolongnya, tapi…”

“tapi apa? Apa suster?” Tanya eommanya tidak sabar.

“nyawanya tidak tertolong. Jeongmal mianhaeyo” kata suster itu lagi. Begitu mendengar perkataan suster itu membuat pertahanan eommanya ambruk. Dia langsung terduduk di lantai sambil menatap kosong ke depan.

“ahjumma, gwaenchanayo?” kata suster itu.

Haerin yang sedang berada di situ juga tak kalah jauh terpukul. Kenapa tidak, dalam waktu beberapa jam saja dia sudah kehilangan dua orang yang sangat di cintainya. Dia hanya bisa menangis sambil menundukan kepalanya dan mengepalkan tangannya.
-Flashback off-

-Haerin POV-
Hatiku seperti menolak akan kepergian ini. Bukan menolak untuk pergi dari kota ini, tapi karena aku akan menggunakan pesawat untuk ke Seoul. Meninggalkan tempat yang membuatku selalu mengingat appa dan oppaku. Tapi aku harus melawan traumaku ini, aku harus meninggalkan tempat ini.

Dengan mantap ku langkahkan kaki ku masuk ke dalam pesawat sambil tak henti-hentinya berdoa dalam hati demi keselamatanku. Semoga aku tak akan mengalami seperti apa yang di alami appa.

Beberapa jam berlalu, aku pun sampai di Seoul. Menuju asrama ku, tempat tinggalku yang baru. Aku memilih asrama agar bisa mendapatkan tempat tinggal dengan orang banyak dan semoga dapat membantu ku melupakan semuanya yang ingin kulupakan.
Sesampainya di sana aku memilih untuk mengatur kamarku dan langsung istirahat.

Cahaya matahari menyapaku, membangunkanku dari tidurku yang ternyata sudah sangat lama. Aku pun membuka jendela dan melihat ke arah luar, pikiranku sedikit melayang. Tiba-tiba wajah itu muncul dan membayangiku lagi. Siapalagi kalau bukan Jungsoo oppa, aku segera menggeleng-gelengkan kepalaku untuk segera menghilangkannya.

“Annyeong Haerin” tiba-tiba ada seseorang menyapaku membuat ku langsung menoleh ke arahnya.

“annyeong” kataku membalas sapaannya dengan sedikit tersenyum.

“kau pasti sangat lelah ya, tidurmu sangat pulas” katanya lagi sambil bercermin dan menatapku lewat cermin.

“begitulah” jawabku singkat.

“pergilah bersiap-siap, hari ini hari pertamamu masuk sekolah barumu kan? Jangan sampai terlambat”

“arasseo” kataku sambil meraih handukku dan berjalan menuju kamar mandi.
.
.
.
.
“kau belum berangkat?” kataku kaget begitu keluar dari kamar mandi dan masih melihat yeoja yang menyapaku tadi sudah rapi tapi masih duduk santai di dalam kamar.

“aku menunggumu, kebetulan selain teman sekamar kita juga sekelas”

“kau tau dari mana?”

“ketua asrama yang memberitahuku”

“itu sebabnya kau juga tau namaku?”

“ne, hehe. Oh iya, kau belum tau namaku ya. Perkenalkan, Joneun Lee Hyera imnida”

“hn” responku singkat.

Satu jam kemudian kami sudah sampai di sekolah baruku. Sekolah yang cukup besar, lengkap dengan lapangan sepakbola yang cukup besar dan lapangan basket.
Kami pun berjalan menuju kelas dengan mataku tak henti-hentinya melihat kesekelilingku. Ku anggap ini wajar kulakukan karena ini lingkungan baruku.

“nanti pada jam istirahat akan ku ajak kau berkeliling sekolah ini. Kalau sekarang kita sudah tidak punya waktu, sebentar lagi waktunya pelajaran pertama.” Kata Hyera yang tampaknya sedari tadi memperhatikanku yang sedang mengamati sekelilingku.

“arasseo” jawabku singkat.

Jam istirahatpun tiba, sesuai janjinya kami pun berjalan keliling sekolah yang lumayan besar ini. Pada saat melewati lapangan basket ada beberapa anak perempuan yang sedang histeris menyoraki pemain basket yang sedang bertanding. Kami pun singgah menonton sebentar karena pertandingan itu sebentar lagi akan selesai. Tampaknya sekumpulan yeoja itu sedang menyoraki seorang pemain yang merupakan penyerang dari timnya. Pada saat pertandingan selesai para yeoja itu berlari menghampirinya, mereka seolah sudah terbagi tugas. Ada yang membawakannya minum, ada yg melap keringatnya bahkan ada yang memijit punggungnya.

“namja itu siapa?” Tanya ku sambil sedikit menyentuh tangan Hyera.

“dia kakak kelas kita, dia sering di panggil Leeteuk. Dia cukup terkenal di sekolah ini, selain jago bermain basket dan berwajah tampan dia juga pintar dan tidak pernah keluar dari peringkat 3 besar” jelas Hyera panjang padaku. Tapi aku rasa itu tidak ada gunanya, aku tidak dapat melihat wajahnya karena dia duduk membelakangiku.

“Leeteuk?” tiba-tiba aku teringat akan sebuah nama, aku seperti pernah mendengarnya.

“waeyo? Apa ada sesuatu? Atau kau sudah mengenalnya?”

“ani, aku hanya merasa pernah mendengarnya saja”

Tiba-tiba bel tanda pelajaran akan di mulai lagi berbunyi membuat kami mau tidak mau harus masuk kelas mengikuti pelajaran walaupun aku masih penasaran dengan wajah namja yang bernama Leeteuk itu. Mungkin setelah melihat wajahnya aku bisa ingat di mana aku sering mendengar namanya dulu.

-TBC-

| Free Bussines? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar